Kamis, 10 November 2011

Tulisan Softskill 4


1.PERKEMBANGAN USAHA USAHA DARI UMKM YANG MAJU DAN MENGEKSPORT

A.Mengembangkan KUD Peternak Sapi Perah

Jawa Timur tidak lama lagi akan menjadi provinsi Produsen susu terbesar di Indonesia, disini ada Pabrik Processing Susu Nestle dan Sekartanjung. Nestle saja membutuhkan 1.000 ton susu pe hari sedang supply yang ada hanya 600 ton, terjadi kekurangan supply sebanyak 400 ton. Sebentar lagi akan muncul Indofood dengan kapasistas produksi setara dengan Nestle sehingga jumlah supply yang dibutuhkan akan kian besar. Fakta ini segera akan menciptakan persaingan dalam memperoleh supply susu dari peternak sapi perah Jawa Timur, jalan keluarnya tidak lain adalah menambah populasi sapi perah yang sudah ada dan menambah jumlah peternak baru.

Oleh fakta ini maka Rabu, Tgl 2 Oktober 2011 KADIN UMKM Jatim melakukan Pertemuan dengan KUD Sehat Sempurna, KSU Artha Barokah, KSU Swadiri Makmur Sentosa dan UD Dewi Sri di Lawang. Pertemuan ini dalam rangka pelaksanaan Layanan 7 bantuan Pusat Layanan UMKM atau UMKM Service Centre dalam Pemasaran, Pemodalan, Pendampingan, DIKLAT, Peningkata daya saing, Pelindungan Hukum dan Perlindungan Jiwa.

Hadir dalam pertemuan ini Sugianto, ketua KUD Sehat Sempurna Prigen yang memiliki 500 anggota dengan kapasitas produksi 200 liter per hari. Arifin, pengurus KSU Artha Barokah Purwosari dengan 250 anggota. Supardi, ketua KSU Swadiri Makmur Sentosa Pandaan dengan 538 anggota. Ali mewakili H.Yanto, ketua KUD Dewi Sri dengan 400 anggota.

Hasil survey lapangan para peternak sapi perah di Prigen menunjukkan banyak peternak sapi perah terpaksa harus pindah menjadi peternak sapi potong meskipun tahu bahwa kondisinya lebih buruk akibat persaingan dengan sapi import yang harganya lebih murah. Kondisi sapi perah yang produktifitasnya sudah menurun karena usia ditambah dengan tata niaga susu sapi yang tidak mendukung membuat antara penghasilan dan pembeayaannya tidak lagi berimbang.

PROSPEK USAHA SAPI PERAH
“Kelayakan usaha sapi perah minimal harus memiliki 5 ekor sapi perah dengan produksi antara 15 sampai 25 liter per hari, dengan kondisi ini peternak sapi perah akan memiliki penghasilan yang cukup untuk mengangsur harga sapi, baik yang diperoleh melalui kredit atau sapi bergulir”, demikian penjelasan Sugianto, ketua KUD SS yang juga terdaftar sebagai pemasok susu Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). “Untuk menjadi pemasok Nestle yang difasilitasi GKSI harus dapat menyetorkan 1.000 liter perhari. Inilah kesulitan KUD kami yang harus memiliki tambahan 80 ekor sapi untuk dapat memenuhi syarat ini” tambahnya.

KUD SS yang merupakan Induk 3 Koperasi yang lain memiliki daya tampung 1.000 ekor sapi dikandang kandang para anggotanya yang tersebar di 4 lokasi. Peralatan yang dimiliki terdiri dari 3 Cooling Tank kapasistas 10.000 liter, 1 mobil tangki pengangkut ditambah sarana inseminasi dan semua kebutuhan untuk makanan, kesehatan dan perawatan. Saat ini kebanyakan sapi perah adalah hasil persilangan sapi lokal dengan sapi India, Jepang dan New Zealand. Persilangan ini menghasilkan sapi perah yang harganya jauh lebih murah dibanding sapi import yang umumnya lebih diperlukan untuk persilangan. Untuk kwalitas terbaik yang disebut Super F1 pada usia 2.5 tahun sudah menghasilkan susu sebanyak 10-15 liter, terus meningkat sampai 25 liter. Produksi bertahan sampai 12 tahun pedahal setiap tahun sapi akan melahirkan lagi sehingga dalam masa itu peternak sapi perah akan menghasilkan 12 ekor sapi, tidak heran peternak sapi perah yang memiliki manajemen yang baik akan menjadi petani kaya.

Disinilah masalahnya, belum ada organisasi, lembaga dan institusi yang serius memikirkan nasib para peternak sapi tradisionil yang jelas tidak memiliki kemampuan memikirkan dan melakukannya tanpa bantuan. Alasan ini pula yang membuat KADIN UMKM yang memiliki kewajiban melaksanakan Program Pengentasan Kemiskinan melalui Pemberdayaan UMKM mengadakan kerjasama Pengembangan Usaha dengan KUD SS. Usaha ini menampakkan jelas sebuah proses pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan usaha, sederhana, mudah dan relatif cepat. Pasarnya jelas, produknya jelas, pelakunya jelas dan merupakan model ekonomi rakyat yang sesungguhnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar