Jumat, 10 Mei 2013

Karya Ilmiah tentang Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra di Indonesia sudah mulai digemari remaja pada masa kini, termasuk karya sastra novel. Novel adalah sebuah karya prosa fiksi yang mengangkat permasalahan yang kompleks dan luar biasa dari kehidupan tokoh-tokohnya. Pengetahuan akan unsur yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami karya sastra secara menyeluruh. Hadirnya suatu karya sastra tentunya agar dinikmati oleh para pembaca. Untuk dapat menikmati sebuah karya secara sungguh-sungguh dan baik diperlukan seperangkat pengetahuan akan karya sastra. Tanpa pengetahuan yang cukup penikmatan akan sebuah karya hanya bersifat dangkal dan sepintas karena kurangnya pemahaman yang tepat.
Dalam dunia kesusastraan penyair sering dilukiskan sebagai orang kerasukan yang bicara secara tidak sadar tentang apa saja yang dirasakan dalam tingkatan sub dan supra dan supra-rasional (Hardjana, 1911 : 61). Dalam dunia fiksi kadang ada sesuatu yang tidak dapat diterima oleh akal sehat, karena memang dengan istilah seorang penyair menuangkan imajinasinya untuk diwujudkan dalam karya sastra.
Dalam dunia kesusastraan selalu identik dengan penjiwaan baik itu dari tingkat emosi pengarang maupun dari penikmat karya sastra. Hasil karya sastra tertentu merupakan hasil khayalan pengarang yang sedang mengalami keadaan jiwa tertentu (Hardjana, 1991 : 65). Dari sinilah disimpulkan bahwa karya sastra merupakan sebuah bentukan (out put) dari proses pemikiran (imajinatif) pengarang dalam mengapresiasi untuk menjadi sesuatu yang estetik.
Disamping itu, pengetahuan akan unsur-unsur yang membentuk karya sastra pun sangat diperlukan untuk memahami karya sastra secara menyeluruh. Tanpa pengetahuan akan unsur-unsur yang membangun karya sastra, pengetahuan kita akan dangkal dan hanya terkaan saja sifatnya, jika pengetahuan dengan cara demikian, maka maksud dan makna yang disampaikan pengarang kemungkinan tidak akan tertangkap oleh pembaca. Unsur-unsur karya sastra tersebut adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang ada dalam tubuh karya sastra itu sendiri yang meliputi tema, alur, setting, penokohan, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berbeda diluar tubuh karya sastra yang meliputi adat istiadat, agama, politik, situasi zaman.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah unsur intrinsik yang terdapat dalam novelKatak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan Iskandar?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk:
Mendeskripsikan  unsur intrinsic novel Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan Iskandar
1.4.  Manfaat penelitian
Mengetahui unsur intrinsik dalam novel Katak Hendak Jadi Lembu karya Nur Sutan Iskandar.

BAB II LANDASAN TEORI

Agar penelitian ini memiliki kekuatan ilmiah yang diharapkan, maka harus didukung oleh pendapat yang sahih dari ahlinya. Untuk itu penulis menggunakan dasar pemikiran sebagai berikut:
2.1 Konsep Pengajaran Pragmatik Sastra
Dalam kurikulum berbasis kompetensi pembelajaran sastra bukan hanya sekedar formalitas dan menekankan hafalan saja tetapi diharapkan sastra memiliki peranan bagi kehidupan peserta didik. Sehingga dalam belajar sastra, peserta didik melibatkan totalitas kejiwaan dan memiliki target tertentu yang ditentukan sendiri oleh peserta didik. Untuk itu dibutuhkan kejelian guru dalam memilih tema karya sastra yang sesuai dengan kemampuan siswa pada tahapan tertentu. “Pelaksanaan pembelajaran sastra sebelum ada KBK boleh dikatakan gagal, karena tidak menyentu esensi apresiasi sastra. Karenanya melalui KBK peserta didik dan diajak menggauli langsung karya sastra, mengoptimalkan pengalaman hidup, mendayagunakan sumber-sumber belajar dari lingkungan peserta didik dan sebagainya.” (Endraswara,2008:191)
Pemilihan tema bahan pengajaran sastra yang bersumber dari lingkungan dan kebutuhan peserta didik akan memudahkan peserta didik dalam mengapresiasi karya sastra secara optimal berdasarkan pengalaman hidupnya. “Arah pembelajaran sastra pun akan menjadi epigon paham KBK, sehingga tidak hanya sebagai teori sastra, melainkan pembelajaran mengarah pada aspek pragmatik (aspek kegunaan)”. (Endraswara, 2008:192) Peserta didik akan termotivasi mempelajari karya sastra karena peserta didik merasa membutuhkan. Dengan demikian peserta didik akan belajar sastra lebih humanis dan menyenangkan dalam rangka mencapai kompetensi dasar.
“Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa tujuan pengajaran sastra tidak lain adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengalaman sastra, sehingga sasaran akhirnya dalam wujud pembinaan apresiasinya dapat tercapai” (Gani,1988:49). Sesuai dengan pendapat ahli tersebut di atas, prinsip penting dalam pengajaran sastra adalah peserta didik mampu mengapresiasi karya sastra sesuai KBK. Yaitu apresiasi yang berospek pada masa depan, apresiasi yang hidup dan penuh makna.
Konteks tersebut di atas menghendaki kriteria dasar yang jelas setelah peserta didik belajar sastra. “Belajar sastra harus memiliki kriteria yang jelas. Kriteria tersebut ke arah pragmatik dan mendukung masa depan peserta didik. Sehingga pemilihan bahan pembelajaran sangat penting dan harus sesuai dengan link danmatc dunia kerja atau masa depan peserta didik agar pendidikan tidak sia-sia” (Gani,1988:49).

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode dan teknik Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penlis adalah metode deskriptif.  Metode deskriptif adalah metode penelitian yang bersifat observasi yaitu dengan cara memperoleh data dengan meneliti dan menganalisis. “Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu” (Suryabrata,1991:19)
Data yang berhasil dikumpulkan baik melalui kepustakaan maupun pengamatan didisusun berdasarkan pendekatan sosiologi sastra. Yang dimaksud dengan pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan sastra yang berupaya menelaah latar belakang kehidupan sosio budaya, kehidupan masyarakat, serta tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkunagan kehidupan pada saat sastra itu diciptakan.
3.1.1 Teknik Pengumpulan Data
“Teknik pengumpulan data adalah suatu cara yang efektif untuk menjaring data yang akurat” (Suharsini,1993:192). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi sebuah buku yang berjudul Kumpulan Cerita Pendek OKNUM karya M. Shoim Anwar dengan cara mengapresiasi karya tersebut. Langkah-langkah dalam mengapresiasi karya sastra tersebut adalah:
3.1.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Teknik yang dipergunakan untuk menganalis data dalam penelitian ini adalah analisis tekstual. Yang dimaksud dengan analisis tekstual adalah analisis unit-unit teks yang mewakili unsur-unsur tokoh yang menggambarkan kondisi sosial masyarakat dengan memberikan interpretasi sosiologi terhadap berbagai data atau variabel yang diteliti.
Adapun metode analisis data yang dipergunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
Klasifikasi data
Data yang terkumpul diklasifikasikan sesuai dengan ruang lingkup permasalahan
Komparasi
Setelah data diklasifikasikan maka data tersebut dikomporasikan dengan data yang ada di luar karya sastra.
Refleksi
Peneliti mengadakan penafsiran terhadap data yang telah dikomporasikan
Deskripsi
Pada tahap ini dilakukan interpretasi dengan cara memaparkan hasil penelitian (Suryabrata,1983:30)
Penelitian Kualitatif yang bersifat deskriptif ini berpandangan bahwa semua hal yang berupa sistem tanda tidak ada yang patut diremehkan, semuanya mempunyai pengaruh satu dengan yang lain.
“Dengan mendeskripsikan sistem tanda atau semiotik mungkin akan memberikan sesuatu pemahaman yang lebih komprehensif mengenai apa yang sedang dikaji” (semi,1990:24). Penelitian deskriptif berarti data tersebut terurai dalam bentuk kata atau gambar, bukan dalam bentuk angka-angka. Pada umumnya data berupa pencatatan, foto – foto, rekaman, dokumen, atau catatan resmi lainnya. Sedangkan penelitian kualitatif, pelaporannya dengan menggunakan bahasa verbal merupakan unsur yang sangat penting, karena semua interpretasi dan simpulan yang diambil disampaikan secara verbal.

1.Penalaran Induktif



Penalaran induktif adalah cara berpikir dengan menarik kesimpulan umum dari pengamatan atas gejala-gejala yang bersifat khusus. Misalnya pada pengamatan atas logam besi, alumunium, tembaga dan sebagainya. Jika dipanasi ternyata menunjukkan bertambah panjang. Dari sini dapat disimpulkan secara umum bahwa logam jika dipanaskan akan bertambah panjang. Biasanya penalaran induktif ini disusun berdasarkan pengetahuan yang dianut oleh penganut empirisme.
contoh penalaran induktif adalah :kerbau punya mata. anjing punya mata. kucing punya mata:. setiap hewan punya matapenalaran induktif membutuhkan banyak sampel untuk mempertinggi tingkat ketelitian premis yang diangkat. untuk itu penalaran induktif erat dengan pengumpulan data dan statistik.

Selanjutnya pengertian penalaran induktif menurut Tim Balai Pustaka (dalam Shofiah, 2007 :14) istilah penalaran mengandung tiga pengertian, diantaranya :
1. cara (hal) menggunakan nalar, pemikiran atau cara berfikir logis.
2. Hal mengembangkan atau mengendalikan sesuatu dengan nalar dan bukan dengan perasaan atau pengalaman.
3. Proses mental dalam mengembangkan atau mengendalikan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.

Contohnya dalam menggunakan preposisi spesifik seperti:
Es ini dingin. (atau: Semua es yang pernah kusentuh dingin.)
Bola biliar bergerak ketika didorong tongkat. (atau: Dari seratus bola biliar yang didorong tongkat, semuanya bergerak.)
Untuk membedakan preposisi umum seperti:
Semua es dingin.
Semua bola biliar bergerak ketika didorong tongkat.

Induksi kuat:
Semua burung gagak yang kulihat berwarna hitam.
Induksi lemah:
Aku selalu menggantung gambar dengan paku.
Banyak denda mengebut diberikan pada remaja.

Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.

Perbedaan dari penalaran deduktif dan induktif adalah, penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum.

Jenis – jenis penalaran induktif yaitu :
1. Generalisasi yaitu proses penalaran dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data.

Contoh :
Hasil UTS mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas 3EA06 telah keluar. Ternyata dari 40 mahasiswa hanya 10 orang yang mendapat nilai 90. Setengahnya mendapat nilai antara 80 – 65 dan tidak ada seorang pun yang mendapat nilai di bawah 65. Itu berarti dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kelas 3EA06 cukup pintar dalam mengerjakan soal Bahasa Indonesia.

Macam – macam generalisasi :
  • a. Generalisasi sempurna yaitu generalisasi dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan penyelidikan. Contoh : sensus penduduk
  • b. Generalisasi tidak sempurna yaitu generalisasi dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Generalisasi ini dapat menghasilkan kebenaran bila melalui pengujian yang benar.
2. Analogi yaitu cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang memilki sifat yang sama.

Contoh :
Danih adalah seorang altlet lari kebanggaan Indonesia. Setiap hari dia selalu berlatih keras untuk meningkatkan kemampuan berlarinya. Demikian juga dengan Sandy, dia merupakan seorang polisi yang memerlukan fisik yang kuat untuk menjalankan tugasnya sebagai aparat penegak hukum. Keduanya membutuhkan mental dan fisik yang kuat untuk bertanding atau mambantu masyarakat melawan kejahatan. Oleh karena itu, untuk menjadi atlet dan polisi harus memilki mental dan fisik yang kuat dengan cara selalu berlatih.
3. Hubungan kausal yaitu penalaran yang diperoleh dari gejala – gejala yang saling berhubungan.
Contoh :
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan emas memuai

Macam – macam hubungan kausal :
  • a. Sebab - akibat
Contoh :
Sejumlah pengusaha angkutan di Bantul terpaksa gulung tikar karena pendapatan yang mereka peroleh tidak bisa menutup biaya operasional. Minimnya pendapatan karena sebagian besar penumpang membayar ongkos dibawah ketentuan tarif yang sudah ditetapkan, akibat ketidakmampuan ekonomi. (Sumber : Kompas, 10 Mei 2008).

  • b. Akibat -sebab
Contoh :
Andi mendapat nilai yang memuaskan pada ujian semester kenaikan kelas. Dia mendapat rangking pertama di kelasnya. Hasil yang diperoleh Andi ini dia dapatkan karena belajar yang sangat tekun setiap harinya.
  • c Akibat – akibat
Contoh :
Kemarin Lusi mengalami kecelakaan akibat menabrak pembatas jalan. Akibat dari kecelakaan tersebut dia mengalami patah kaki dan harus dirawat di rumah sakit.