Jumat, 07 Desember 2012

3.Contoh wacana yang membedakan pemanfaatan Bahasa Indonesia pada tataran ilmiah secara ilmiah dan non ilmiah

Wacana Yang Membedakan Pemanfaatan Bahasa Indonesia Pada Tataran Ilmiah, Semi Ilmiah dan Non Ilmiah


Pemanfaatan Bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu ilmiah, semi ilmiah dan non ilmiah. dalam sebuah penulisan ilmiah kita harus mengikuti aturan atau tata cara yang ada. Agar penulisan yang disampaikan berkesan berisi dan mempunyai bobotnya, dan kata-katannya pun sopan, jelas dan bisa cepat dimengerti pembaca.
  • Tataran Ilmiah
Bahasa indonesia dalam tataran ilmiah adalah tulisan yang berisi argumentasi yang dikomunikasikan lewat bahasa yang tinggi dan menyajikan fakta dengan metode penulisan yang benar. Biasanya dipakai dalam pembuatan karya ilmiah dan dapat dibuktikan kebenarannya karena isinya merupakan pembahasan dari suatu penelitian yang objektif.  
   
Sebuah karya tulis ilmiah merupakan hasil rangkaian gagasan yang merupakan hasil pemikiran, fakta, peristiwa, gejala dan pendapat. Penyampaian karya ilmiah bukan hanya mengekspresikan pikiran saja tetapi menyampaikan hasil penelitian. Karya ilmiah memilki tiga ciri :
1.       Harus tepat dan tunggal makna, tidak remang nalar atau mendua makna.
2.       Harus secara tepat mendefinisikan setiap istilah, sifat, dan pengertian yang digunakan, agar tidak menimbulkan kerancuan atau keraguan.
3.       Harus singkat, berlandaskan ekonomi biasa.
Contoh wacana Ilmiah :
AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah nama penyakit yang berarti sindroma dapatan penurunan kekebalan tubuh. Ada pula yang menyebutkan sebagai penyakit kurus karena penderitanya memang sangat kurus. Sebagai sindroma, gejala AIDS sangat banyak, antara lain diare lebih dari sebulan, demam lebih dari sebulan, dan menurunnya berat badan secara cepat. Dari ketiga gejala tersebut, yangterpenting adalah gejala menurunya berat badan. Tanda-tanda lain antara lain batuk lebih dari 2 minggu, pembengkalan kelenjar (di ketiak,leher,dan selangkangan), sakit kepala hebat dengan leherkaku, bengkak-bengkak cokelat tua yang cepat menyebar di kulit dan lain-lain.
AIDS disebabkan oleh virus yang hidup dalam darah dan cairan tubuh lainnya. Virus ini merusak system kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak mampu lagi membentengi badan dari serangan berbagai penyakit. Setelah virus ini berada di dalam tubuh, ia bisa berada di sana bertahun-tahun sebelum mulai membuat orang itu sakit. Siapa saja bisa terkena AIDS, tidak peduli umur, suku, pekerjaan, maupun orientasi seksualnya, apabila seseorang pernah berhubungan seks dengan orang yang membawa virus AIDS, disuntik/menyuntik diri dengan jarum kotor, atau memperoleh transfuse darah yang terkontaminasi virus AIDS, maka ia juga dapat terkena AIDS. Begitu pula dengan bayi yang ibunya membawa virus AIDS.
Ada tiga cara penularan AIDS pada bayi yaitu ketika janin masih di dalam kandungan, pada saat dilahirkan yang penuh darah, dan melalui Air Susu Ibu. Meskipun begitu, tetap lebih baik menyusui dengan ASI daripada susu bubuk (baik karena kemungkinan tertulari AIDS secara matematis hanya 50%, maupun karena ASI mengandung banyak zat yang berguna bagi kekebalan bayi).
Dari semua kasus penderita AIDS yang berhasil sembuh, ada hal-hal penting yang bisa ditarik. Pertama, memang virus HIV sebagai penyebab utama, tapi juga bergantung pada kondisi fisik dan psikis masing masing korban. Kedua, mereka yang berhasil lolos dari maut adalah mereka yang secara sadar mengubah gaya hidupnya menjadi lebih positif.
  • Tataran Semi Ilmiah
Wacana semi ilmiah adalah tulisan yang berisi informal faktual, yang diungkapkan dengan bahasa semiformal, tetapi tidak sepenuhnya berdasarkan fakta karena terdapat pendapat dari penulis. Oleh karenanya karakteristik wacana semi ilmiah berada di antara ilmiah dan non ilmiah. Jenis-jenis wacana semi ilmiah : Artikel, Editorial, Opini, Feuture, reportase.
Contoh wacana Semi Ilmiah :
BERMUSIK, UPAYA MENGHENTIKAN TAWURAN ANTAR PEMUDA
Pemuda Johar Baru menggelar festival musik bertajuk “jembatan Besi #2”, didepan kantor kecamatan Johar Baru. Langka ini sekaligus jadi upaya untuk menyediakan wadah bagi pemdua agar merak tidak lagi terlibat tawuran.
Ada 20 group band, yang beranggotakan pemud setempat, tampil di festival ini sebelumnya, kegiatan serupa bertajuk “Jembatan Besi 1” dilakukan di kelurahan Kampung Rawa, kecamatan Johar Baru. Kali ini, lingkup acara diperluas hingga tingkat kecamatan. Acara diadakan mulai pukul 08.00 hingga pukul 17.00.
Fesival ini diadakan sebagai wadah kreatif bagi pemuda Johar Baru. Namun selama ini potensi tersebut tidak terfasilitasi sehingga tenggelam.
“kalau potensi pemdua tidak terwadahi, mereka akhirnya menghabiskan eaktu ningkring di jalan. Buntutnya, mereka gampang diajak tawuran. Namun kalau ada wadah seperti bermusik, mereka bisa menyalurkan potesi tersebut.”
Selain bermusik, potensi yang juga tumbuh di kalangan pemuda antara lain tari, baca puisi, mebuat kerajinan tangan dan olahraga.
Sebagai kegiatan berkelanjutan, harapan banyak pihak yang terlibat untuk menghentikan tawuran di Johar Baru. Keterlibatan itu bisa dilakukan dengan membantu penyediaan tenaga, peralatan, atau tempat yang dibutuhkan para pemuda untuk berkegiatan.
Penyelenggaraan kegiatan juga dilakukan secara sederhana. Untuk membuat panggung musik, lengkap dengan sistem tata suara dan tenda penonton, panitia mengajukan dana 14 juta.
Festyival musik kemarin juga dekemas bersama dengan acara pengobatan gratis dan pembuatan KTP keliling.
Fauzi mengakui, masyarakat adalah pihak yang paling bisa mencari penyelesaian terbaik untuk dirinya sendiri. Anak muda juga menjadi tumpuan untuk menyelesaikan persoalan di lingkup mereka.  
kompas, minggu 30 Oktober 2011
  • Tataran Non Ilmiah
Non ilmiah (fiksi) adalah tulisan yang isinya berupa kisah rekaan, umumnya bersifat subyektif, persuasive, gaya bahasannya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya konotatif dan popular, tidak memuat hipotesis, penyajian dibarengi dengan sejarah yang ada, bersifat imajinatif, situasi didramatisir.
Ciri-ciri karangan nonilmiah:
a. ditulis berdasarkan fakta pribadi,
b. fakta yang disimpulkan subyektif,
c. gaya bahasa konotatif dan populer,
d. tidak memuat hipotesis,
e. penyajian dibarengi dengan sejarah,
f. bersifat imajinatif,
g. situasi didramatisir, dan
h. bersifat persuasif.
Contoh Karangan Nonilmiah : Dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman .

Kamis, 06 Desember 2012

2.Karangan ilmiah populer

Pikiran Jadi Lebih Sehat Jika Rutin Makan Buah dan Sayur
Konsumsi buah dan sayur yang cukup diketahui baik bagi kesehatan dan mencegah penyakit. Ternyata tak cuma itu, buah dan sayur juga bisa membuat pikiran seseorang lebih sehat.

Sebuah laporan terbaru menunjukkan orang yang mengonsumsi 7 porsi buah dan sayuran dalam waktu sehari cenderung lebih bahagia dan memiliki kesehatan mental serta pikiran yang lebih baik.

Peneliti dari University of Warwick mempelajari pola makan dari 80.000 orang partisipan. Didapatkan kesehatan mental masyarakat akan meningkat jika mengonsumsi buah dan sayuran, serta hasilnya akan memuncak jika konsumsi 7 porsi sehari.

Misalnya saja pada sayuran berdaun hijau diketahui bisa menjaga otak agar tetap muda serta memperlambat terjadinya penurunan mental. Hal ini didapatkan dari studi yang dilakukan peneliti Rush Institute for Healthy Aging di Chicago pada tahun 2006.

Selain itu buah dan sayuran sudah dipastikan mengandung antioksidan yang baik dalam menangkal radikal bebas yang masuk ke tubuh melalui proses makanan tertentu atau pun lingkungan.

Dalam studi ini tidak membedakan antara berbagai jenis buah dan sayuran, namun menyarankan konsumsinya sekitar 80 gram. Sebelumnya telah diketahui buah dan sayur baik untuk kesehatan jantung dan memberikan perlindungan terhadap risiko kanker.

"Kekuatan buah dan sayuran ini cukup mengejutkan, terlebih untuk kesehatan mental dan pikiran," ujar Profesor Saraf Stewart-Brown dari kesehatan masyarakat di Warwick Medical School, seperti dikutip dari Indiavision,

Untuk itu jika ingin memiliki pikiran yang sehat dan jernih, tak ada salahnya rajin-rajin mengonsumsi buah dan sayur. Selain baik untuk pikiran, makanan ini juga mengandung nutrisi yang sehat bagi tubuh.
Sumber : http://health.detik.com/read/2012/10/11/170111/2060435/766/pikiran-jadi-lebih-sehat-jika-rutin-makan-buah-dan-sayur

1.Kesalahan pada spanduk

Wisuda bukan “Penglepasan”

Sebenarnya kesalahan penulisan pada spanduk yang saya tampilkan di bawah ini sudah lama terjadi, tetapi cukuplah sebagai informasi bahwa kita perlu teliti dalam menulis dan menafsirkan kata yang berbeda arti.
penglepasanDalam sebuah foto seorang teman, saya tertarik pada satu spanduk yang menghias latar belakang sekumpulan siswa di halaman sebuah gedung. Sebagaimana bisa dilihat pada gambar, nampak penggalan spanduk dan sebagian tulisan yang menjadi perhatian saya yaitu kata “Wisuda” dan pengunaan tanda baca garis miring “/” yang menunjukkan kata “atau” padahal tidak memiliki makna sama dengan kata “Pelepasan” yang dalam hal ini penulisannya salah.
Wisuda dalam kosa kata Bahasa Indonesia adalah:
wi·su·da n peresmian atau pelantikan yg dilakukan dng upacara khidmat: para sarjana yg baru lulus menghadiri acara — bersama orang tua mereka;me·wi·su·da v meresmikan atau melantik dng upacara khidmat: Menteri Dalam Negeri Rabu pagi ~ 47 orang sarjana muda lulusan akademi itu
Penggunaan tanda baca miring pada gambar spanduk di atas tentu dilatari keinginan pembuat spanduk untk menunjukan bahwa kedua kata tersebut memiliki makna sama, padahal sebagaimana arti kata wisuda yang tertulis dalam KBBI jelas berbeda. “Pelepasan” yang berasal dari kata “lepas” berarti:
pe·le·pas·an n 1 proses, cara, perbuatan (hal dsb) melepas(kan); 2 pemecatan (dr tugas); 3 dubur; anus; 4 Geo pengurangan atau penghilangan awan, baik secara alami maupun secara buatan;
Wah! kalau dikaji lebih dalam makin terlihat beda artinya bukan? Apalagi celakanya kesalahan tersebut ditambahi dengan salah penulisan menjadi “Penglepasan”.
Semoga kejadian ini bisa menjadi masukan untuk kita bersama dalam berhati-hati memasang tanda baca dan menggunakan kata secara baik dan benar.

Sumber : http://syahronie.blogspot.com/2011/05/wisuda-bukan-penglepasan.html